Disusun Oleh: Annisa Rizki Nursyamsi (21213160)
KELAS: 4EB29
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
Mata Kuliah: Akuntansi Internasional
Dosen: Budiasih, SE, MM
Universitas Gunadarma
BAB I
LATAR BELAKANG
Inflasi
merupakan salah satu indikator penting dalam menganalisis perekonomian sebuah
negara selain pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Inflasi juga sebuah dilema
yang menghantui perekonomian setiap Negara karena kebijakan yang diambil untuk
mengatasi inflasi akan berdampak pada tingkat pengangguran seperti yang
dijelaskan oleh teori trade-off
antara inflasi dan pengangguran.
Perkembangan
tingkat inflasi yang semakin meningkat akan memberikan hambatan pada
pertumbuhan ekonomi secara agregat, diantaranya keseimbangan eksternal, daya
saing, tingkat bunga bahkan distribusi pendapatan. Kegagalan atau terjadinya
shock (guncangan) dalam negeri akan menimbulkan fluktuasi harga di pasar
domestik yang berakhir dengan peningkatan inflasi pada perekonomian.
Inflasi
merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di Negara berkembang, namun
kecenderungan yang ada di Negara maju mengadopsi “akuntansi inflasi” untuk
memperbaiki penyimpangan dari convensional historical cost accounting yang
memasukkan unsure perubahan harga dan inflasi pada pendapatan dan asset. Negara
besar antara lain Argentina, Brasil, Israel, Meksiko, dan Rusia merupakan
beberapa Negara penderita paling buruk dari kondisi inflasi yang tinggi. Tiap
tahun rata-rata inflasi di negara-negara tersebut seringkali melampaui 100% dan
bahkan tingginya mencapai 2000% di Brasil dan Rusia. Rata-rata dalam negara
industri, inflasi terdapat pada dua negara adidaya pada pertengahan tahun 1970
dan di Inggris inflasi mencapai 25%. Sangat tidak mengherankan di negara
tersebut pertambahan inflasi menyangkut dengan yang akan mempengaruhi dalam
pemakaian " akuntansi Inflasi" sistem ini akan menjadi obat dari
kerusakan pada menurut adat akuntansi biaya historis dan mengungkapkan dampak
perubahan harga dan inflasi pada pendapata dan aset.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Perubahan Harga
Fluktuasi nilai mata uang dan perubahan
dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan karakteristik yang terpisahkan
dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga (changing
princes), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan
harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu. Suatu
perubahan harga umum terjadi apabila secra rata-rata harga seluruh barang dan
jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara
keseluruhan disebut inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut
deflasi (deflation).
Inflasi telah menjadi fakta yang penting
dan tetap di hampir semua Negara di dunia. Perubahan nilai mata uang moneter
bener-bener diakui para akuntan dewasa ini, tetapi tedapat pertentangan
mengenai cara teoritis dan praktis untuk menyelesaikannya. Di Amerika Serikat,
FASB Statetment No. 33 mangharuskan pengungkapan khusus oleh
perusahaan-perusahaan besar tertentu, tetapi tidak merinci kaitan pengungkapan
ini dengan laporan keuangan utama. Unit moneter yang tidak stabil adalah suatu
kendala penfukuran dalam pendekatan induktif-deduktif terhadap teori akuntansi.
Menurut
ilmu Ekonomi, inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga barang yang
bersifat secara umum dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama atau terus –
menerus ( continue ). Inflasi juga memiliki definisi sebagai suatu proses
menurunnya nilai mata uang suatu Negara secara continue, dalam definisi ini
inflasi bukan hanya tinggi - rendahnya harga, artinya tingkat harga yang tinggi
belum tentu menunjukkan inflasi. Sedangkan menurut salah satu para ahli yaitu
Ekonom Parkin dan Bade menyimpulkan inflasi merupakan pergerakan ke arah atas
dari tingkatan harga. Secara mendasar ini berhubungan dengan harga, hal ini
bisa juga disebut dengan berapa banyaknya uang (rupiah) untuk memperoleh barang
tersebut.
PENYEBAB INFLASI
Inflasi selalu
dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar. Ada beberapa teori yang
menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasiyaitu :
·
Teori Kuantitas
Teori ini
adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi dalam
perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi
Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum
moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang
beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap
timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :
- Inflasi
hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal
maupun giral.
- Laju
inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan
oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.
·
Keynesian Model
Dasar pemikiran model
inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di
luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif
masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah
barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary
gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi
karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk
mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan
kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak
dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. Dengan keadaan
daya beli antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama (heretogen), maka
selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang tersedia dari golongan
masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah kepada golongan
masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih besar. Kejadian ini akan terus
terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah
satu golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana (tidak lagi memiliki
daya beli) untuk membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang berlaku,
sehingga permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi supply barang
(inflationary gap menghilang).
·
Mark-up Model
Pada teori ini
dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua komponen, yaitu cost
of production dan profit margin. Relasi antara perubahan
kedua komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Price = Cost +
Profit Margin
Karena besarnya profit margin ini
biasanya telah ditentukan sebagai suatu prosentase tertentu dari jumlah cost
of production, maka rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi :
Price = Cost +
( a% x Cost )
Dengan
demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-komponen yang menyusun cost
of production dan atau penaikan pada profit margin akan
menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di pasar.
·
Teori Struktural
Banyak study
mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa inflasi bukan
semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena
struktural atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena
struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak
agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya
gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat,
bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan
hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade; utang
luar negeri; dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar
domestik.
Fenomena
struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala struktural dalam
perekonomian di negara berkembang, sering disebut dengan structural
bottlenecks. Strucktural bottleneckterutama terjadi dalam tiga hal, yaitu :
- Supply dari
sektor pertanian (pangan) tidak elastis.
Hal ini
dikarenakan pengelolaan dan pengerjaan sektor pertanian yang masih menggunakan
metode dan teknologi yang sederhana, sehingga seringkali terjadi supply dari
sector pertanian domestik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaannya.
- Cadangan
valuta asing yang terbatas (kecil) akibat dari pendapatan ekspor yang lebih
kecil daripada pembiayaan impor.
Keterbatasan
cadangan valuta asing ini menyebabkan kemampuan untuk mengimpor barangbarang
baik bahan baku; input antara; maupun barang modal yang sangat dibutuhkan untuk
pembangunan sektor industri menjadi terbatas pula. Belum lagi ditambah dengan
adanya demonstration effect yang dapat menyebabkan perubahan
pola konsumsi masyarakat. Akibat dari lambatnya laju pembangunan sektor
industri, seringkali menyebabkan laju pertumbuhan supply barang
tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan permintaan.
- Pengeluaran
pemerintah terbatas.
Hal ini
disebabkan oleh sektor penerimaan rutin yang terbatas, yang tidak cukup untuk
membiayai pembangunan, akibatnya timbul defisit anggaran belanja, sehingga
seringkali menyebabkan dibutuhkannya pinjaman dari luar negeri ataupun mungkin
pada umumnya dibiayai dengan pencetakan uang (printing of money).
Dengan adanya structural
bottlenecks ini, dapat memperparah inflasi di Negara berkembang dalam
jangka panjang, oleh karenanya fenomena inflasi di negaranegara yang sedang
berkembang kadangkala menjadi suatu fenomena jangka panjang, yang tidak dapat
diselesaikan dalam jangka waktu yang pendek.
Berbeda dengan
kaum monetaris yang memandang inflasi sebagai fenomena moneter, yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan dalam sektor moneter akibat dari ekspansi jumlah uang
beredar, kaum neo-structuralist menekankan pada struktur
sektor keuangan. Dasar pemikiran kaum neo-structuralistini adalah
pengaruh uang terhadap perekonomian terutama ditransmisikan dari supply
side atau roduksi. Menurut pemikiran kaum neo-structuralist,
uang merupakan salah satu factor penentu investasi dan produksi. Bila jumlah
uang yang tersedia untuk investasi melimpah, menyebabkan harga uang (suku
bunga) akan murah, maka volume investasi akan meningkat. Dengan meningkatnya
volume investasi, volume produksi juga akan meningkat. Sehingga, penawaran
barang meningkat, yang pada gilirannya akan menekan tingkat inflasi. Dengan
dasar pemikiran yang seperti ini, timbul pendapat bahwa deregulasi di sektor
finansial dan peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong laju pertumbuhan
ekonomi seraya menekan inflasi.
Kaum
strukturalis berpendapat, bahwa selain harga komoditi pangan, penyebab utama
terjadinya inflasi di negara-negara berkembang adalah akibat inflasi dari luar
negeri (imported inflation). Hal ini disebabkan antara lain oleh harga
barangbarang impor yang meningkat di daerah asalnya, atau terjadinya devaluasi
atau depresiasi mata uang di negara pengimpor. Menurut kesimpulan dari
penelitian M.N. Dalal dan G. Schachter (1988), bila kontribusi impor terhadap
pembentukan output domestik sangat besar, yang artinya sifat barang impor
tersebut sangat penting terhadap price behaviour di negara
importir, maka kenaikan harga barang impor akan menyebabkan tekanan inflasi di
dalam negeri yang cukup besar. Selain itu, semakin rendah derajat kompetisi
yang dimiliki oleh barang impor (price inelastic) terhadap produk
dalam negeri, akan semakin besar pula dampak perubahan harga barang impor
tersebut terhadap inflasi domestik.
Jenis – Jenis
Inflasi
Inflasi dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis dalam pengelompokan tertentu, antara lain :
1) Berdasarkan
asalnya
Inflasi digolongkan menjadi dua yaitu :
·
Inflasi yang berasal dari dalam Negeri
( Domestic Inflation ). yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan
pengelolaan perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam
negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat.
·
Inflasi yang berasal dari luar negeri (
Imported Inflation ), yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan
harga-harga komoditi di luar negeri (di negara asing yang memiliki hubungan
perdagangan dengan negara yang bersangkutan). Inflasi ini hanya dapat terjadi
pada negara yang menganut sistem perekonomian terbuka (open economy system).
Dan, inflasi ini dapat ‘menular’ baik melalui harga barang-barang impor maupun
harga barang-barang ekspor.
2) Berdasarkan
keparahannya
Inflasi apabila digolongkan berdasarkan
tingkat keparahannya dibedakan menjadi 4, yaitu :
·
Inflasi Ringan atau inflasi merangkak
(creeping inflation), yaitu inflasi yang lajunya kurang dari 10% per tahun,
inflasi seperti ini wajar terjadi pada negara berkembang yang selalu berada
dalam proses pembangunan.
·
Inflasi Sedang, Inflasi ini memiliki
ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30% per tahun.Tingkat sedang ini
sudah mulai membahayakan kegiatan ekonomi.Perlu diingat laju inflasi ini secara
nyata dapat dilihat garak kenaikan harga.Pendapatan riil masyarakat terutama
masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti buruh ,mulai turun dan kenaikan
upah selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga.
·
Inflasi Berat, yaitu inflasi yang
lajunya antara 30% sampai 100%.Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan.Hal ini
diperburuk lagi oleh pelaku-palaku ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk
melakukan spekulasi.
·
Inflasi Liar (hyperinflation), yaitu inflasi yang lajunya sudah melebihi dari
100% per tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah
dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan
nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali
(Hyperinflastion).
3) Berdasarkan
Penyebabnya
Penggolongan
inflasi selanjutnya dapat dibedakan menurut penyebabnya yaitu itu tarikan
permintaan dan tarikan desakan ( tekanan ) biaya / produksi / distribusi.
Secara singkat sebab yang pertama ( tarikan permintaan ) lebih cenderung
dipengaruhi dari peran Negara dalam kebijakan moneter ( Bank Sentral ),
sedangkan sebab yang kedua lebih cenderung dipengaruhi dari peran Negara dalam
kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah misalnya
Fiskal, kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dan lainnya.
a) Tarikan
permintaan
Hal ini terjadi
akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh
membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan
memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau
likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadapfaktor-faktor produksi tersebut.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat.
Jadi, inflasi
ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian
yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana
biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang
berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor
selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran
jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi
yang terjadi di sektor industri keuangan.
secara singkat
tarikan permintaan ini terjadi akibat adanya kenaikan pemintaan Agregat yang
terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi Agregat.
b) Desakan
biaya
Hal terjadi
akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan
distribusi, meskipun permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat
secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau
berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat
memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau
juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk
tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi
sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di
sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan
bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll,
sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu
juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor
infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
4) Berdasarkan
cakupan pengaruh terhadap harga
Inflasi juga
dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika
kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang
tertentu, inflasi itu disebut inflasi
tertutup (Closed Inflation). Namun,
apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu
disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila
serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus
berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
PENGARUH INFLASI TERHADAP PERUSAHAAN
Pengaruh inflasi terhadap posisi
keuangan dan kinerja preusan dapat mengakibatkantidak efisiennya keputusan
operacional yang dibuat oleh manajer yang tidak mengerti pengaruh dari inflasi
itu sendiri. Dalam kaitannya dengan posisi keuangan, aktiva keuangan seperti nilai
kas akan berkurang nilainya selama inflasi karena menurunnya daya beli. Dengan
kata lain, pertanggungjawaban keuangan atas kepemilikan juga akan mengalami
penurunan nilai karena perusahaan bisnis akan membayar obligasinya di masa yang
akan datang dengan uang tunai yang sudah kehilangan nilai daya beli. Yang
menjadi peringatan disini adalah pertanggungjawaban keuangan, seperti pinjaman
/ suku bunga bank jangka pendek dan jangka panjang, sering mengakibatkan minat
untuk meningkatkan tarif yang sangat tinggi dalam inflasi ekonomi.
Dampak inflasi pada aktiva non
moneter digambarkan dalam laporan laba rugi dan neraca. Selama periode harga
yang meningkat, pendapatan penjualan saat ini dibandingkan dengan persediaan
yang mungkin telah dibeli beberapa bulan sebelumnya dan terhadap penyusunan
properti bangunan dan peralatan berdasarkan harga perolehan yang mungkin telah
dibeli beberapa tahun lalu, meskipun faktanya bahwa menempatkan persediaan dan
aktiva tetap menjadi lebih mahal. Dampak terhadap laporan laba rugi dan neraca
ini bisa membuat perusahaan masuk ke dalam masalah likuiditas. Laporan laba
rugi yang dihasilkan dari perbandingan biaya lama dengan keuntungan yang baru
dapat mengarah pada permintaan dari pemegang saham untuk meningkatkan deviden
dan untuk karyawan – karyawan dengan gaji yang lebih tinggi, meskipun
perusahaan melihat kasnya berkurang. Oleh karena itu, diperkenalkan sistem
akuntansi untuk inflasi yaitu General Purchasing Power Accounting dan Current
Value Accounting.
1. LAPORAN KEUANGAN
DAPAT MEMILIKI POTENSI UNTUK MENYESATKAN SELAMA PERIODE PERUBAHAN HARGA
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang
di catat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya
(yang lebih tinggi). Ketidakakuratan pengukuran ini mendistorsi (1) proyeksi
keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis (2) anggaran yang menjadi
dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak dapat mengisolasi
pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai lebih pada
gilirannya akan menyebabkan :
·
Kenaikan dalam proporsi pajak.
·
Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham.
·
Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja.
·
Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah (seperti
pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar).
Kegagalan untuk menyesuaikan data keungan
perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan
kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan
membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode
inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum
yang lebih rendah (yaitu daya beli perode ini), yang kemudian diterapkan
terhadap beban terkait. Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan
keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (ekuivalennya)
selama periode inflasi.
Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit
berguna dilakukan karena :
§ Pengaruh perubahan
harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu
perusahaan.
§ Mengelola masalah
yang timbulkan oleh perubahan harga tergantung pada pemahaman yang akurat atas
masalah tersebut.
§ Laporan dari para
menajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan hatga lebih mudah
dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan iformasi keuangan yang membahas
masalah-masalah tersebut.
Meskipun laju melambat, akuntansi perubahan
harga tetap berguna karena efek kumulatif inflasi yang rendah dalam beberapa
waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa lalu dapat juga bertahan
selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang kebanyakan harta.
2. DAFTAR ISTILAH
AKUNTANSI INFLASI
·
Atribut. Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur
untuk keperluan akuntansi. Contoh biaya histori atau biaya penggantian
merupakan atribut suatu aktiva.
·
Penyesuaian Biaya Kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk
perubahan dalam harga tertentu.
·
Kekayaan yang Dapat Dihapuskan. Jumlah aktiva bersih suatu
perusahaan yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih.
·
Mekanisme Penyesuaian. Menfaat berupa keuntungan daya beli
pemegang saham yang berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan
tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan
dengan aktiva tersebut didanai melalui utang.
·
Ekuivalen Daya Beli Umum. Jumlah uang yang telah disesuaikan
terhadap perubahan dalam tingkat harga umum.
·
Keuntungan Kepemilikan Suatu Investasi. Kenaikan biaya kini
suatu aktiva nonmoneter.
·
Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada
saaat tingkat harga umum dalam suatu perkekonomian meningkat sebesar lebih dari
25 % pertahun.
·
Inflasi. Kenaikan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan
jasa dalam suatu perkeonomian.
·
Aktiva Moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap di
masa depan seperti kas atau piutang usaha.
·
Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang
terjadi karena terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi.
·
Kewajiban Moneter. Suatu kewajiban untuk membayar jumlah mata
uang tetap di masa depan seperti utang usaha atau uang dengan suku bunga tetap.
·
Kerugian Moneter. Penurunan dalam daya beli secara umum yang
terjadi karena terdapatnya aktiva moneter selama periode inflasi.
·
Penyesuaian Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan harga
khusus terhadap seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh suatu usaha
dalam menjalankan operasinya.
·
Jumlah Nominal. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan
dengan perubahan harga.
·
Aktiva Moneter. Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim
tetap terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap, dan peralatan.
·
Penyesuaian Paratis. Suatu penyesuaian yang mencerminkan
perbedaan antara inflasi di Negara induk perusahaan dan perusahaan tuan rumah.
·
Kewajiban Moneter. Suatu utang yang tidak mengharuskan
pembayaran jumlah kas tetap di masa depan seperti uang muka pelanggan.
·
Aktiva Permanen. Istilah di Brasil utnuk aktiva tetap,
gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait serta jumlah deplasi
atau amortisasi.
·
Indeks Harga. Suatu rasio biaya dimana pembilang /
numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa yang
representative dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari
keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
·
Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu unti moneter untuk
memperoleh barang dan jasa.
·
Laba Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan
harga.
·
Biaya Penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi jasa
suatu aktiva dalam keadaan normal usaha.
·
Mata Uang Pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu
perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
·
Metode Nyatakan Kembali-Translasikan. Digunakan pada saat
suatu induk perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar negeri
yang beralokasi di sebuah lingkungan berinflasi.
·
Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk komoditas
khusus seperti persediaan atau peralatan.
·
Metode Tranlasikan-Nyatakan Kembali. Suatu metode konsolidasi
pertama-tama dengan mentranslasikan akun-akun laporan keuangan anak prusahaan
luar negeri ke dalam mata uang induk perusahaan kemudian dinyatakan kembali
jumlah yang ditraslasikan terhadap inflasi induk perusahaan.
3. JENIS
PENYESUAIAN INFLASI
Setiap jenis perubahan harga memiliki
pengaruh yang berbada terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja
operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang
tersembunyi. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga
umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis. Akuntansi untuk
perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.
4. PENYESUAIAN
TINGKAT HARGA UMUM
Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap
perubahan tingkat harga umum (daya beli) disebut sebagai mata uang konstan
biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata uang yang belum
disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai contoh,
selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan di dalam
neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal.
Apabila biaya historisnya dialokasikan terhadap laba periode kini (dalam bentuk
beban depresiasi), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan
dengan biaya yang mencerminkan daya beli (yang lebih tinggi) dari periode
terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh karena itu, jumlah nominal harus
disesuaikan untuk perubahan-perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat
ditandingkan dengan transaksi.
Indeks Harga
Perubahan tingkat harga umum diukur dengan
indeks tingkat harga dalam bentuk Jumlah p1q1 / Jumlah p0q0 dimana p = harga
suatu barang tertentu dan q = kuantitas yang dikonsumsi. Suatu indeks harga
adalah rasio biaya. Contoh, jika sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang
menghabiskan uang $20.000 untuk membeli sebuah keranjang barang dan jasa yang
representive pada akhir tahun 1 (tahun dasar – awal tahun 2) dan $22.000 untuk
membeli keranjang yang sama setahun kemudian (awal tahun 3), indeks harga akhir
tahun pada tahun 2 adalah $22.000/$20.000 atau 1,1. Angka ini menujukkan adanya
laju inflasi sebesar 10 % selama tahun 2. Demikian pula halnya, apabila
keranjang dalam contoh diatas $23.500 bagi suatu keluarga yang terdiri dari 4
orang pada tahun 2 kemudian (akhir tahun 3), maka indeks tingkat harga umum
akan menjadi $23.500/$20.000 atau 1,175 yang menunjukkan laju inflasi 17,5 %
semenjak tahun dasar. Indeks untuk tahun dasar adalah $20.000/$20.000 atau 1.
Penggunaan Indeks Harga
Angka indeks harga digunakan untuk
mentraslasikan jumlah yang dibayarkan selama periode terdahulu menjadi
ekuivalen daya beli pada akhir periode. Metode yang digunakan adalah sebagai
berikut :
GPLc / GPLtd x Jumlah Nominaltd = PPEc
GPLc / GPLtd x Pendapatan Total = PPEc
Dimana :
GPL = indeks harga umum
c = periode kini
td = tanggal transaksi
PPE = ekuivalen daya beli umum
Objek Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Secara tradisional, laba merupakan bagian
dari kekayaan perusahaan (yaitu aktiva bersih) yang dapat ditarik oleh perusahaan
selama suatu periode akuntansi tanpa mengurangi kekayaannya hingga dibawah
posisi awal. Dari mana datangnya kerugian moneter? Selama inflasi perusahaan
akan mengalami perubahan kekayaan yang tidak berkaitaan dengan kegiatan
operasinya. Perubahan muncul dari aktiva atau kewajiban moneter, kewajiban
untuk membayarkan mata uang dengan jumlah yang tetap dimasa depan. Aktiva
moneter mencakup kas dan piutang usaha yang umumnya akan menghilangkan daya
beli selama periode inflasi. Kewajiban moneter mencakup kebanyakan utang yang
umumnya akan menimbulkan keuntungan daya beli selama periode inflasi.
5. PENYESUAIAN
BIAYA KINI
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi
konvensional dalam dua aspek utama yaitu (1) Aktiva tetap dinilai berdasarkan
biaya kini bukan biaya historis (2) Laba adalah jumlah sumber daya yang dapat
didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa pertimbangan
komponen pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau
model fisik perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan
menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan untuk mencerminkan perubahan
dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.
Metode mana yang
baik?
Penyesuaian biaya kini berpendapat bahwa
usaha tidak dipengaruhi oleh inflasi umum, tetapi lebih dipengaruhi oleh
kenailan biaya operasi khusus dan pengeluaran aktiva tetap.
Group Modelo diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan,
disajikan ulang sebagai berikut:
o
Persediaan. Pos-pos ini dinilai berdasarkan metode masuk
terakhir, keluar pertama dan disajikan ulang dengan menggunakan metode biaya
penggantian atau manufaktur.
o
Harga Pokok Penjualan. Penyajian ulang akun ini dinilai
berdasarkan nilai persediaan yang dinyataan ulang.
o
Aktiva Tetap. Pos-pos ini dicatat berdasarkan biaya akuisisi,
dan disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari
Nasional Consumer Indeks/Indeks Harga Konsumen Umum, sehingga menjadi nilai
penggantian bersih yang sesuai ditentukan oleh penilai ahli independent pada
tanggal 31 Des 20XX, dan sesuai denga tanggal akuisisi apabila pembelian
dilakukan setelah tanggal tersebut.
o
Depresiasi. Pos ini dihitung berdasrkan nilai penyajian ulang
aktiva tetap, yang dipertimbangkan ebagai dasar, perkiraan masa manfaat
ditentukan oleh penilai independent.
o
Penyajian Ulang Ekuitas Pemegang Saham. Akun ini disajikan
ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari NCPI, menurut umur
atau tanggal kontribusinya.
o
Ketidakcukupan Dalam Penyajian Ulang Ekuitas Pemegang Saham.
Saldo akun ini disajikan dengan penjumlahan aljabar dari hasil kepemilikan
aktiva nonmoneter dan akumulasi hasil moneter ekuitas.
o
Hasil Dari Kepemilikan Aktiva Nonmoneter. Pos ini menunjukkan
perubahan dalam nilai aktiva nonmoneter yang disebabkan oleh hal selain
inflasi.
o
Akumulasi Hasil Moneter Ekuitas. Pos ini merupakan hasil yang
berawal dari penyajian awal angka-angka laporan keuangan.
6. SUDUT PANDANG
INTERNASIONAL TERHADAP AKUNTANSI INFLASI
Amerika Serikat
Pada tahun 1970, FASB mengeluarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial Accounting
Standards-SAFS) No. 33 Berjudul “Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”,
pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan
dan aktiva tetap (sebelum dikurangi dengan depresiasi) yang bernilai lebih dari
$125 juta atau total aktiva lebih dari $1 Miliar (setelah dikurangi dengan
akumulasi depresiasi) untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan
daya beli konstan dan biaya beli konstan biaya kini.
Banyak pengguna dan penyusun informasi
keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No. 33 menemukan bahwa :
·
Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan.
·
Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar.
·
Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu
bermanfaat bila dibandingkan data biaya kini.
Perusahaan pelapor didorong untuk
mengungkapan informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terkini :
a) Penjualan bersih
dan pendapatan operasi lainnya.
b) Laba dari operasi
yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini.
c) Keuntungan atau
kerugiaan daya beli (moneter) atas pos-poss moneter bersih.
d) Kenaikan atau
penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan yang lebih rendah
dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inlasi (perubahan tingkat harga
umum).
e) Setiap agregat
penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari
proses konsolidasi.
f) Aktiva bersih pada
akhir tahun menurut dasar biaya kini.
g) Laba per saham
(dari operasi berjalan) menurut dasar biaya kini.
h) Deviden per saham
biasa.
i)
Harga pasar akhir tahun per lembar saham biasa.
j)
Tingkat Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index-CPI) yang
digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan.
Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris
(Accounting Standard Committee-ASC) menerbitkan Pernyataan Standar Praktik
Akuntansi 16 (Statement of Standards Accounting Practice-SSAP 16), “Akuntansi
Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. SSAP 16 berbeda
dengan SFAS 33 dalam 2 hal yaitu :
·
Standar AS menghaaruskan akuntansi dolar konstan dan biaya
kini, SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
·
Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi,
laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca
biaya kini, beserta catatan penjelasan.
Standar di Inggris memperbolehkan tiga
pilihan pelaporan :
·
Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai pelapor keuangan
dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis.
·
Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan
dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini.
·
Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun
yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai.
Brasil
Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di
Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan, hukum perusahaan
Brasil dan Komisi Pengawas Pasar Modal Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai
dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanent dan ekuitas
pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh Pemerintah
Federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanent meliputi
aktiva tetap, gedung, investasi, beban tanguhan dan deprsiasi terkait, serta
akun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap provisi kerugiaan yang
terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan
pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan modal yang
digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal.
7. BADAN STANDAR
AKUNTANSI INTERNASIONAL
IAS 29 pelaporan keungan dalam Perekonomian
Hiperinflasi mewajibkan (dan bukan hanya merekomendasikan) penyajian ualang
informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu
perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perkekonomian hiperinflasi,
apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus
disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca.
Isu-isu Mengenai Inflasi
Terdapat 4 isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu.
Keempat isu yaitu :
·
Apakah dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur
pengaruh inflasi.
·
Perlakuan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi.
·
Akuntansi inflasi luar negeri.
·
Menghindari fenomena kejatuhan ganda.
Keuntungan dan Kerugiaan Inflasi
Keuntungan dan kerugiaan pos-pos moneter di
Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo
awal dan akhir serta transaksi dalam seluruh aktiva dan kewajiban moneter
(termasuk utang jangka panjang). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos
terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugiaan pos-pos moneter
sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.
Di Inggris, keuntungan dan kerugian pos-pos
moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua
angka tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus (dan bukan umum).
Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat (atau biaya) kepada pemegang
saham berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode perubahan harga.
Angka-angka ini ditambahkan atas (dikurangi dari) laba operasi biaya kini untuk
menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan yang disebut sebagai “Laba
Biaya Kini Tertribusi Kepada Pemegang Saham”.
Pendekatan Brasil yang tidak lagi
diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara eksplisit,
karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi.
Namun demikian, peyesuaian dan penyajian bersih aktiva pemanen atau kerugian
daya beli umum atas pendanaan modal kerja yang berasal dari utang atau
kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi penyesuaian ekuitas
menunjukkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang lebih
besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukkan adanya sebagai modal kerja
yang didanai oleh ekuitas. Kerugiaan daya beli diakui untuk bagian ini selama
periode inflasi.
Keuntungan dan Kerugiaan Kepemilikan
Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2
bagian :
1)
Laba operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini
sumber daya yang dikonsumsi).
2)
Keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari
kepemilikan aktiva nonmoneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan
dengan inflasi.
Akuntansi untuk Inflasi di Luar Negeri
Di Amerika Serikat, FASB berupaya untuk
membahas masalah inflasi dengan mewajibkan perusahaan pelapor yang besar untuk
melakukan ekspresimen dengan pengungkapan daya beli konstan biaya histories dan
pengungkapannya biaya kini. Oleh karena itu, investor memerlukan laporan
keuangan yang disesuaikan dengan tingkat harga spesifik (model biaya kini yang
digunakan) menentukan jumlah maksimum yang dapat dibayarkan oleh perusahaan
sebagai deviden (kekayaan yang dapat dibagikan) tanpa mengurangi kapasitas
produktifnya. Model biaya histories tetap saja adalah model biaya historis.
Prosedur penyesuaian tingkat harga lebih disukai berikut ini
:
1)
Sajikan ulang laopran keuangan seluruh anak perusahaan, baik
domestic secara spesifik maupun asing, dan laporan induk perusahaan untuk
mencerminkan perubahan dalam harga spesifik (sebagai contoh biaya kini).
2)
Translasikan akun-akun seluruh anak perusahaan diluar negeri
kedalam nilai ekuivalen mata uang domestic dengan menggunakan suatu nilai
konstan (yaitu kurs valuta asing pada tahun dasar atau tahun sekarang).
3)
Gunakanlah indeks harga spesifik yang relavan dengan apa yang
dikonsumsi oleh perusahaan dalam menghitung keuntungan atau kerugiaan moneter.
8. MENGHINDARI
KEJATUHAN GANDA
Pada saat menyajikan ulang akun-akun luar
negeri terhadap inflasi di luar negeri. Seseorang harus berhati-hati untuk
menghindari apa yang disebut sebagai kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena
inflasi local langsung berpengaruh kurs yang digunakan dalam translasi. Apabila
teori ekonomi mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara laju
inflasi internal suatu Negara dan nilai eksternal mata uangnya, bukti-bukti
menunjukkan bahwa hubungan seperti ini jarang sekali bertahan ( paling tidak
dalam jangka pendek ). Dengan demikian ukuran penyesuaian yang terjadi untuk
menghapuskan kejatuhan ganda akan berbeda-beda tergantung pada sejauh mana kurs
dan perbedaan inflasi berhubungan secara negative.
Contoh akuntansi persediaan berikut ini
menunjukkan hubungan antara inflasi dan translasi mata uang luar negeri.
Perusahaan dalam contoh ini menggunakan metode penilaian persediaan FIFO dan
melakukan translasi persediaan ke dalam dolar dengan kurs ini. Kita
mengasumsikan beberapa hal berikut ini :
·
Inflasi Negara lokal adalah 20 % selama tahun yang beru saja
berakhir. Inflasi di AS adalah sebesar 6 % selama tahun teersebut.
·
Kurs nilai tukar pembukuan pada tanggal 1 Januari adalah
LC1=$1,00.
·
Kurs nilai tukar penutupan pada tanggal 31 Desember adalah LC1=$0,88.
·
Devaluasi mata uang selama tahun untuk mempertahankan paritas
daya beli adalah 12%.
·
Persediaan dalam mata uang local adalah sebesar LC200 pada
tanggal 1 Januari dan LC240 pada tanggal 31 Desember.
·
Tidak ada perubahan yang terjadi menyangkut jumlah fisik
persediaan selama tahun tersebut.
Dari paparan tentang pelaporan keuangan dan
perubahan harga menurut saya setiap perusahaan yang sudah bonafit wajib
melakukan pelaporan keuangannya bahkan ke public atau masyarakat juga. Dan jika
kita ingin melakukan bisnis internsioanal kita tidak bisa dipisahkan dengan
nilai mata auang dan perubahan harga uang atas barang dan jasa. Dalam suatu
perekonomian bisa mengalami yang namanya perubahan harga. Perubahan harga
tersebut ada yang namanya inflasi (kenaikan harga secara keseluruhan) dan
deflasi (penurunan harga). Disetiap Negara memiliki perbedaan dalam hal
penilaian biaya kini yang dikaitkan terhadap inflasi di pemaparan diatas di
jelaskan tentang sudut pandang internasional terhadap akuntansi inflasi antara
Negara Amerika Serikat, Inggris dan Berasil. Dari itu semua ada keuntungan dan
kerugiaan inflasi pada Negara Amerika Serikat, Inggris dan Brasil dan juga
Kepemilikan.
IASB TERHADAP
AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA DAN INFLASI
Reaksi pertama IASC (sekarang IASB) pada
akuntansi inflasi muncul pada tahun 1977 di IAS 6, yaitu Respon Akuntansi pada
Perubahan Harga. Pada poin tersebut, tidak ada standar definitif baik itu di
Amerika Serikat atau di Inggris, dan ada ketidaktpastian seperti bagaimana
masalah akuntansi inflasi dapat diselesaikan di dua negara tersebut. Standar
inflasi yang lebih definitif tidak muncul, ingá sampai pada tahun 1981 dengan
keluarnya IAS 15, yaitu Refleksi Informasi Dampak Perubahan Harga, yang
menggantikan IAS 6. Pada saat itu, FASB telah mengeluarkan SFAS 33 mengenai
Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga. Tipe-tipe utama informasi berikut ini
merefleksikan dampak-dampak perubahan harga yang direkomendasikan untuk
pengungkapan oleh IAS 15 sebagai berikut:
1) Jumlah penyesuaian
untuk atau jumlah penyesuaian penyusutan properti, bangunan, dan peralatan.
2) Jumlah penyesuaian
untuk atau jumlah penyesuaian dari harga pokok penjualan.
3) Penyesuaian yang
berkaitan dengan pos-pos keuangan, dampak peminjaman, atau bunga kepemilikan
ketika penyesuaian ini telah dimasukkan ke dalam akun dalam menentukan
pendapatan di bawah metode akuntansi yang diadopsi.
4) Dampak keseluruhan
dari hasil (pendapatan) dari penyesuaian sebagaimana pada pos-pos lainnya yang
merefleksikan dampak perubahan harga yang dilaporkan di bawah metode akuntansi
yang diadopsi.
5) Ketika metode biaya
sekarang diadopsi, biaya sekarng property, bangunan, dan perlatan serta
persediaan.
6) Metode yang
diadopsi untuk menghitung informasi yang disebut dalam pos-pos sebelumnya,
termasuk sifat dari indeks yang digunakan. IAS 15 penting karena IAS 15
mengenali kebutuhan informasi untuk diungkapkan, mengenai dampak perubahan
harga & inflasi dan memberikan pedoman khusus yang dapat diikuti oleh
berbagai perusahaan untuk memperbaiki kualitas pengungkapan. Fakta bahwa adanya
informasi pokok dari satu negara ke negara lainnya bisa berbeda, tentu saja ini
menjadi masalah, tetapi profesi akuntansi jelas tidak bisa disesuaikan dengan
solusi dunia.
BAB III
KESIMPULAN
Eksistensi level yang signifikan dari inflasi dan kemauan
harga di banyak Negara mempengaruhi kebutuhan dan kegunaan system akuntansi
inflasi yang mungkin tetap akan menjadi subjek dari banyak kontroversi di dalam
meramalkan masa depan. Walaupun akuntansi GPP telah digunakan dibanyak negara
berinflasi tinggi di Amerika Selatan, tetapi tidak ada contoh dari standar
akuntansi biaya langsung atau regulasi di Inggris dan Amerika Serikat tentang
mempertahankan level nasional yang mewasiatkan penelitian mengenai akuntansi
inflasi pada pertengahan 1980-an. Bagaimanapun juga, banyak
perusahaan-perusahaan Eropa membuat pengungkapan nilai langsung secara
sukarela.
Baru-baru ini perhatian dalam nilai akuntansi yang langsung
atau jujur sangat diharapkan akan memajukan penelitian dengan tipe yang
bervariasi dari system akuntansi perubahan harga. Hal ini mungkin juga akan
menjadi penumbuh apresiasi dari keadaan yang terpuruk dengan cara memilih
pendekatan alternative yang mungkin dapat dikerjakan dan berguna dalam
pengukuran laba dan asset. Kegunaan dari harga jual dan keluar dalam konteks
perubahan harga, terutama memperhatikan nilai atau milik dan investasi, selain
itu mungkin juga menjadi apresiasi yang lebih baik. Hal ini kiranya juga
menjadi kesempatan untuk menggunakan sumber-sumber relevan lainnya dari
informasi yang ada, seperti informasi mengenai aliran kas.
Referensi:
https://www.iasplus.com/en/standards/ias/ias29
https://www.boundless.com/finance/textbooks/boundless-finance-textbook/analyzing-financial-statements-3/considering-inflation-s-distortionary-effects-46/impact-of-inflation-on-financial-statement-analysis-230-708/
https://www.academia.edu/28179910/Makalah_Inflasi_INFLASI_TEORI_EKONOMI
Choi.D.S Frederick., Meek. K Gary, 2005, INTERNATIONAL
ACCOUNTING, Buku 1, Edisi 5, Jakarta: Salemba Empat.
assalamualaikum wr,wb
BalasHapusKi nawe… saya IBU NISA,tki di malaysia
mengucapkan banyak2 terima
kasih kepada ki.Nawe
atas dana ghaib yang
kemarin aki berikan alhamdulillah ternyata itu benar2 ada
dan berkat bantuan
ki nawe saya bisa
melunasi semua hutan2
orang tua saya yang ada di
BANK BRI dan bukan hanya
itu AKi NAWE alhamdulillah
sekarang saya sudah bisa
bermodal sedikit untuk
mencukupi kebutuhan
keluarga saya sehari2. itu
semua berkat bantuan KI NAWE sekali lagi
makasih banyak yah KI NAWE…
yang ingin merubah nasib
seperti saya hubungi KI NAWE di nomor
0852-1837-9259dijamin
100% ada atau silahkan
buktikan sendiri PESUGIHAN TAMPA TUMBAL
artikel tentang apa komennya tentang apa, hahaha
BalasHapusbtw, terimakasih atas artikelnya. cukup membantu untuk belajar.
ditunggu postingan berikutnya ka.
😂😂😂
ahahaha iya😂😂 with my pleasure..
Hapus